CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

7.3.11

caranya marah gimana yaa??


Pernahkah anda marah? Kapan dan bagaimana? Xixiii.. udah kayak psikolog aja gw, tapi emang bener loh kata banyak psikolog bahwa marah itu perlu kadang kala dalam merespon keadaan yang tidak nyaman untuk diri pribadi kita, bahwa tubuh dan jiwa kita butuh akan marah, the anger is something that we need... sounds akward isn’t.... anger.. need.. anyway... sebab untuk marah hanya satu, yaitu sesuatu yang kita tidak suka, sepakat?? Iya dunks, hahaaa.... bahwa kemudian sesuatu yang kita tidak suka tersebut ternyata berpengaruh dan membuat kita tidak nyaman untuk diri sendiri, maka timbulah kemarahan, naahh... yang ingin saya bahas adalah, akibat atau respon kemarahan itu, bahwa yang penting adalah bagaimana kita dapat mengelola kemarahan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita.. hhuuu.... ribet ahh tulisan gw...


Dimulai dari saya dan pasangan, dan ternyata pernikahan tak selalu berjalan mulus, sehalus aspal dan kulit putih citra, wkwkkk.. yeaa.. saia pikir kalimat itu hanyalah isapan jempol bayi, mksdnya, isapan jempol belaka, dan ternyata, yah, kami sedikit pernah agaknya berselisih paham, dan hal tersebut membuat saya tersinggung, and guess what.. saia marah!!... agak jarang memang untuk mendapati saia marah, karena banyak hal yang dapat saia toleransi dalam hidup ini, lalu bagaimana saia marah??

Thats the point, bagaimana marahnya?? Karena ternyata efek dari marah tersebutlah yang menjadi penting dalam kajian psikolog, karena bukan tentang subyek yang marah, tetapi objek yang dimarahi, dan itu orang lain, orang lain yang tentu juga memiliki rasa dan pikiran yang berbeda, sehingga, perlu kita kaji... halahh... kayak skripsi psikologi.... maksud saia, kemarahan kita akan berdampak kalau tidak secara sistemik yah paling dampak psiko-sosial yang mudahnya adalah dibalas dengan kemarahan, jika tidak dikelola dengan benar.

Pernah liat orang marah-marah?? Teriak2, banting pintu, gebrak meja, banting2 barang, mencaci-maki, atau bahkan menangispun bisa dalam keadaan marah, pun kalau tidak semua, gaya marah setiap orang berbeda walau hanya paling satu saja yang tadi saya sebutkan.. betul tidaaak?? Heheee....

Lalu saya?? Percaya atau tidak ketika saya marah, saya diam, hanya diam dalam bahasa, bukan dalam gerak tubuh, intinya saya diam, dan ternyata pertanyaan pertama yang keluar adalah “kenapa kmu diam?” bukannya “kenapa kmu marah?” dan saya pun tetap diam, setelah beberapa lama barulah dia sadar bahwa saia sedang marah, mungkin dia baru ingat dulu pernah nanya saya marahnya bagaimana, dan saya jawab diam.

Saia akui bahwa saya gampang tersinggung, lagi-lagi dengan respon yang bukan marah pada umumnya, tapi dengan diam, atau mungkin kata para pakar adalah memendam, itulah sebabnya saia masih ingat dengan jelas setiap hal yang membuat saia marah, dari kecil sampai sekarang, sejelas kata per kata dan orang per orang, bahaya bgt tuh...

Alhasil tidak sampai 3 jam dya pun memohon untuk saya dapat berbicara, dan terjadi sesuatu yang... mengharukan...... saya pun berbicara dan kami berdiskusi, sambil pelukan... *censored.... censored....censored........ hahaaaa..... jadi, sebegitu dahsyatnyakah efek diam saya, sehingga tampaknya diamnya saya terasa sangat buruk bahkan lebih kasar dari tindakan kekerasan apapun suami kepada istri, sehingga saya baru sadar bahwa diam saya sebagai respond kemarahan juga berdampak buruk bagi orang sekitar, tentu jika tidak dikelola dengan benar.

Kami pun saling meminta maaf dan mulai mencurahkan perasaan masing2, dimulai dengan dya bertanya “memangnya kmu mau diam berapa lama?” dan saya jawab “dua hari”, dia pun kaget “haaahh, jangaaann dunks!!!” heheeee..... *censored.... censored....censored....... lagi.....

Benarlah bahwa pernikahan adalah kompromi dan kesepakatan, sehingga untuk mengelola kemarahanpun kami bersepakat bahwa untuk marah, kami harus marah pada saat itu juga, ngomong saat itu juga, dan selesai saat juga.. aahh gag seru... hahaaa.. kidding hon.. yeaa... I would try too.... love you so much!!
(trus, Dhis...?!!)