CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

9.7.19

34th Birthday



Besok hari ulang tahun saya yang ke-34. Apa saja pencapaian saya selama setahun terakhir dan apa harapan saya untuk satu tahun ke depan? Setidaknya dua hal itu yang biasa saya tulis atau renungkan menjelang dan ketika berulang tahun.

I survived, I guess. Saya telah tinggal di kota Kyiv untuk bertugas, setidaknya untuk kurang lebih 2 tahun ke depan. Beberapa bulan pertama kota ini, negara ini terlihat depresi. Bagi saya pemandangan orang yang cuek di jalan, infrastruktur, dan kehidupan konsumtifnya yang minimalis begitu membuat depresi. Apalagi saat itu musim dingin, dan musim dingin di Ukraina sangat mengerikan.

Pernah suatu masa saya sulit tidur, mimpi buruk akan kenangan masa kecil terus berdatangan di malam-malam yang dingin. Mungkin itu yang dinamakan winter blues. Tapi saya bertahan. Nyatanya memiliki kesibukan baru seperti kursus bahasa Rusia dan rutin ke tempat fitness memang benar menyehatkan mental dan raga. Mimpi buruk hilang, tidur pun nyenyak.

Saya pun sudah bisa mengatur jadwal, kapan mau kursus bahasa, kapan mau olah raga, kapan mau belanja, jalan-jalan, atau sekedar makan makanan indonesia di restoran 1 minggu sekali. Jadwal itu sangat membantu, it helps.

Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, saya sehat dan berhasil melewati bulan puasa pertama di Ukraina dengan baik. Saya juga bersyukur diberikan kolega di kantor yang pada umumnya baik, dan lucu, setidaknya menurut saya.

Kini musim panas, dan kota Kyiv sudah menampakkan wajah indahnya. Matahari dimana-mana, suhu panas, air sungai yang mengalir, pantai pasir putih, jembatan besar, taman, hutan, dan semuanya, saya suka.

Buku yang telah saya baca termasuk The Subtle Art of Not Giving a F*ck. Buku itu bagus dan fenomenal, tentang bagaimana kita seharusnya hanya fokus pada sesuatu yang benar-benar penting dan berpengaruh pada hidup kita. Fokus hanya pada nilai-nilai yang benar-benar membuat kita bahagia. Nilai, itu yang terpenting. Bahwa kebahagiaan adalah bukan untuk meraih semua, tapi hanya beberapa.

Kemudian buku yang sedang saya baca adalah Sapiens, tentang sejarah manusia, tentang mengapa manusia menjadi satu-satunya spesies yang berhasil menguasai dunia. Buku ini meninjau dari sisi sejarah dan biologi, tentang mengapa manusia berhasil melakukan revolusi kognitif sehingga menjadi spesies yang lebih unggul dari spesies yang lain.

Kemampuan berbahasa, kemampuan untuk mengukur sesuatu di luar indera kita, adalah salah satu penyebab revolusi kognitif. Manusia adalah satu-satunya spesies yang bisa bekerja sama dalam jumlah yang besar walau baru kenal sebentar, hanya karena percaya akan hal yang sama. Misal, agama, kita bisa langsung menyapa orang yang baru kita kenal di negara berbeda, hanya karena kita merasa ada yang sama, agama itu tadi.

Kita bisa menciptakan sesuatu yang belum pernah ada, bahkan tidak ada, tapi dipercaya bahwa itu ada. contoh, konsep uang, konsep hukum, konsep pendirian perusahaan, saham, sistem ekonomi, ideologi, dan yang masif dipercayai saat ini adalah konsep hak asasi manusia. Semua hal itu tentu rise and fall, ada masa jatuh dan berkembang, namun intinya sama, semua adalah hasil ciptaan manusia dalam rangka bekerja sama, apakah itu kebetulan? Atau sudah tertanam di DNA kita dan menjadi produk evolusi? Menarik.

1 tahun ke depan ada beberapa hal yang ingin saya capai, melibatkan rasa sakit, yaitu pemasangan kawat gigi. Saya harap akan berjalan baik-baik saja karena saya sudah menginginkan hal ini sejak lama, namun saya terlalu takut. Seharusnya saya bersyukur karena kondisi saya tidak terlalu buruk, tidak over-bite atau under-bite, karena ada kolega saya yang ternyata saya baru tahu, sudah menjalankan proses itu, 6 tahun! Ternyata dulu dia over-bite.

Lalu apa harapan saya yang lain? Tuhan, berikan saya yang terbaik, mudahkanlah segala urusan saya, jadikanlah saya dikelilingi orang yang baik, lindungi saya, istri saya, dan seluruh keluarga saya.


(trus, Dhis...?!!)